Pages

Sabtu, 04 Februari 2012


SDN TANJUNGSARI MEMPERSEMBAHKAN
KUMPULAN CERITA RAKYAT NUSANTARA
SEMOGA SISWA SISWI SDN TANJUNGSARI DAPAT MENGENAL BERBAGAI CERITA RAKYAT YANG ADA DI INDONESIA



Bangsa Indonesia dikenal dengan tradisi budaya lisan yang sangat kuat. Namun sayangnya, banyak tradisi budaya lisan kita yang belum dicatat dengan relatif baik. Tradisi lisan atau folklor lisan bisa berbentuk cerita, teka-teki, puisi rakyat, cerita prosa rakyat, dan nyanyian rakyat. Bentuk yang banyak digunakan adalah bentuk cerita dan fabel, misalnya cerita Nyai Roro Kidul atau Si Kancil.

Pendataan tradisi lisan memiliki peranan yang sangat vital. Tradisi lisan/folklore mencerminkan suatu aspek kebudayaan, baik yang langsung maupun yang tidak langsung, dan tema-tema kehidupan yang mendasar, misalnya kelahiran, kehidupan keluarga, penyakit, kematian, penguburan dan malapetaka, atau bencana alam yang universal, seperti yang terdapat dalam cerita Nyai Roro Kidul, Malin Kundang dan Gretel dan cerita lainnya. Cerita tradisi lisan yang berasal dari berbagai pulau di Indonesia yang berbeda ini mengandung norma-norma kehidupan yang patut dijadikan contoh dalam kebiasaan dan kehidupan sehari-hari, tidak hanya di lingkungan sosial tertentu, tapi juga dalam lingkungan masyarakat luas pada umumnya.




Bawang Putih Dan Bawang Merah

Kategori :
Cerita Rakyat
Element Budaya :
Cerita Rakyat
Provinsi :
Jawa Tengah
Jaman dahulu kala di sebuah desa tinggal sebuah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu dan seorang gadis remaja yang cantik bernama bawang putih. Mereka adalah keluarga yang bahagia. Meski ayah bawang putih hanya pedagang biasa, namun mereka hidup rukun dan damai. Namun suatu hari ibu bawang putih sakit keras dan akhirnya meninggal dunia. Bawang putih sangat berduka demikian pula ayahnya.

Di desa itu tinggal pula seorang janda yang memiliki anak bernama Bawang Merah. Semenjak ibu Bawang putih meninggal, ibu Bawang merah sering berkunjung ke rumah Bawang putih. Dia sering membawakan makanan, membantu bawang putih membereskan rumah atau hanya menemani Bawang Putih dan ayahnya mengobrol. Akhirnya ayah Bawang putih berpikir bahwa mungkin lebih baik kalau ia menikahi saja ibu Bawang merah supaya Bawang putih tidak kesepian lagi. Maka ayah Bawang putih kemudian menikah dengan ibu Bawang merah. Mulanya ibu Bawang merah dan bawang merah sangat baik kepada Bawang putih. Namun lama kelamaan sifat asli mereka mulai kelihatan. Mereka kerap memarahi bawang putih dan memberinya pekerjaan berat jika ayah Bawang Putih sedang pergi berdagang. Bawang putih harus mengerjakan semua pekerjaan rumah, sementara Bawang merah dan ibunya hanya duduk-duduk saja. Tentu saja ayah Bawang putih tidak mengetahuinya, karena Bawang putih tidak pernah menceritakannya.

Suatu hari ayah Bawang putih jatuh sakit dan kemudian meninggal dunia. Sejak saat itu Bawang merah dan ibunya semakin berkuasa dan semena-mena terhadap Bawang putih. Bawang putih hampir tidak pernah beristirahat. Dia sudah harus bangun sebelum subuh, untuk mempersiapkan air mandi dan sarapan bagi Bawang merah dan ibunya. Kemudian dia harus memberi makan ternak, menyirami kebun dan mencuci baju ke sungai. Lalu dia masih harus menyetrika, membereskan rumah, dan masih banyak pekerjaan lainnya. Namun Bawang putih selalu melakukan pekerjaannya dengan gembira, karena dia berharap suatu saat ibu tirinya akan mencintainya seperti anak kandungnya sendiri.

Pagi ini seperti biasa Bawang putih membawa bakul berisi pakaian yang akan dicucinya di sungai. Dengan bernyanyi kecil dia menyusuri jalan setapak di pinggir hutan kecil yang biasa dilaluinya. Hari itu cuaca sangat cerah. Bawang putih segera mencuci semua pakaian kotor yang dibawanya. Saking terlalu asyiknya, Bawang putih tidak menyadari bahwa salah satu baju telah hanyut terbawa arus. Celakanya baju yang hanyut adalah baju kesayangan ibu tirinya. Ketika menyadari hal itu, baju ibu tirinya telah hanyut terlalu jauh. Bawang putih mencoba menyusuri sungai untuk mencarinya, namun tidak berhasil menemukannya. Dengan putus asa dia kembali ke rumah dan menceritakannya kepada ibunya.
“Dasar ceroboh!” bentak ibu tirinya. “Aku tidak mau tahu, pokoknya kamu harus mencari baju itu! Dan jangan berani pulang ke rumah kalau kau belum menemukannya. Mengerti?”

Bawang putih terpaksa menuruti keinginan ibun tirinya. Dia segera menyusuri sungai tempatnya mencuci tadi. Matahari sudah mulai meninggi, namun Bawang putih belum juga menemukan baju ibunya. Dia memasang matanya, dengan teliti diperiksanya setiap juluran akar yang menjorok ke sungai, siapa tahu baju ibunya tersangkut disana. Setelah jauh melangkah dan matahari sudah condong ke barat, Bawang putih melihat seorang penggembala yang sedang memandikan kerbaunya. Maka Bawang putih bertanya: “Wahai paman yang baik, apakah paman melihat baju merah yang hanyut lewat sini? Karena saya harus menemukan dan membawanya pulang.”
“Ya tadi saya lihat nak. Kalau kamu mengejarnya cepat-cepat, mungkin kau bisa mengejarnya,” kata paman itu.
“Baiklah paman, terima kasih!” kata Bawang putih dan segera berlari kembali menyusuri tepi sungai.

Hari sudah mulai gelap, Bawang putih sudah mulai putus asa. Sebentar lagi malam akan tiba, dan Bawang putih. Dari kejauhan tampak cahaya lampu yang berasal dari sebuah gubuk di tepi sungai. Bawang putih segera menghampiri rumah itu dan mengetuknya.
“Permisi…!” kata Bawang putih. Seorang perempuan tua membuka pintu.
“Siapa kamu nak?” tanya nenek itu.
“Saya Bawang putih nek. Tadi saya sedang mencari baju ibu saya yang hanyut. Dan sekarang kemalaman. Bolehkah saya tinggal di sini malam ini?” tanya Bawang putih.
“Boleh nak. Apakah baju yang kau cari berwarna merah?” tanya nenek.
“Ya nek. Apa…nenek menemukannya?” tanya Bawang putih.
“Ya. Tadi baju itu tersangkut di depan rumahku. Sayang, padahal aku menyukai baju itu,” kata nenek. “Baiklah aku akan mengembalikannya, tapi kau harus menemaniku dulu disini selama seminggu. Sudah lama aku tidak mengobrol dengan siapapun, bagaimana?” pinta nenek.
Bawang putih berpikir sejenak. Nenek itu kelihatan kesepian. Bawang putih pun merasa iba.
“Baiklah nek, saya akan menemani nenek selama seminggu, asal nenek tidak bosan saja denganku,” kata Bawang putih dengan tersenyum.

Selama seminggu Bawang putih tinggal dengan nenek tersebut. Setiap hari Bawang putih membantu mengerjakan pekerjaan rumah nenek. Tentu saja nenek itu merasa senang. Hingga akhirnya genap sudah seminggu, nenek pun memanggil bawang putih.
“Nak, sudah seminggu kau tinggal di sini. Dan aku senang karena kau anak yang rajin dan berbakti. Untuk itu sesuai janjiku kau boleh membawa baju ibumu pulang. Dan satu lagi, kau boleh memilih satu dari dua labu kuning ini sebagai hadiah!” kata nenek.
Mulanya Bawang putih menolak diberi hadiah tapi nenek tetap memaksanya. Akhirnya Bawang putih memilih labu yang paling kecil. “Saya takut tidak kuat membawa yang besar,” katanya. Nenek pun tersenyum dan mengantarkan Bawang putih hingga depan rumah.

Sesampainya di rumah, Bawang putih menyerahkan baju merah milik ibu tirinya sementara dia pergi ke dapur untuk membelah labu kuningnya. Alangkah terkejutnya bawang putih ketika labu itu terbelah, didalamnya ternyata berisi emas permata yang sangat banyak. Dia berteriak saking gembiranya dan memberitahukan hal ajaib ini ke ibu tirinya dan bawang merah yang dengan serakah langsun merebut emas dan permata tersebut. Mereka memaksa bawang putih untuk menceritakan bagaimana dia bisa mendapatkan hadiah tersebut. Bawang putih pun menceritakan dengan sejujurnya.

Mendengar cerita bawang putih, bawang merah dan ibunya berencana untuk melakukan hal yang sama tapi kali ini bawang merah yang akan melakukannya. Singkat kata akhirnya bawang merah sampai di rumah nenek tua di pinggir sungai tersebut. Seperti bawang putih, bawang merah pun diminta untuk menemaninya selama seminggu. Tidak seperti bawang putih yang rajin, selama seminggu itu bawang merah hanya bermalas-malasan. Kalaupun ada yang dikerjakan maka hasilnya tidak pernah bagus karena selalu dikerjakan dengan asal-asalan. Akhirnya setelah seminggu nenek itu membolehkan bawang merah untuk pergi. “Bukankah seharusnya nenek memberiku labu sebagai hadiah karena menemanimu selama seminggu?” tanya bawang merah. Nenek itu terpaksa menyuruh bawang merah memilih salah satu dari dua labu yang ditawarkan. Dengan cepat bawang merah mengambil labu yang besar dan tanpa mengucapkan terima kasih dia melenggang pergi.

Sesampainya di rumah bawang merah segera menemui ibunya dan dengan gembira memperlihatkan labu yang dibawanya. Karena takut bawang putih akan meminta bagian, mereka menyuruh bawang putih untuk pergi ke sungai. Lalu dengan tidak sabar mereka membelah labu tersebut. Tapi ternyata bukan emas permata yang keluar dari labu tersebut, melainkan binatang-binatang berbisa seperti ular, kalajengking, dan lain-lain. Binatang-binatang itu langsung menyerang bawang merah dan ibunya hingga tewas. Itulah balasan bagi orang yang serakah.













Legenda Sangkuriang

Kategori :
Cerita Rakyat
Element Budaya :
Cerita Rakyat
Provinsi :
Jawa Barat
Raja Sungging Perbangkara pergi berburu. Di tengah hutan Sang Raja membuang air seni yang tertampung dalam daun “Cariang” (keladi hutan). Seekor babi hutan betina bernama Wayungyang yang tengah bertapa ingin menjadi manusia meminum air seni tadi. Wayungyang hamil dan melahirkan seorang bayi cantik. Bayi cantik itu dibawa ke keraton oleh ayahnya dan diberi nama Dayang Sumbi alias Rarasati. Banyak para raja yang meminangnya, tetapi seorang pun tidak ada yang diterima. Akhirnya para raja saling berperang di antara sesamanya. Dayang Sumbi pun atas permitaannya sendiri mengasingkan diri di sebuah bukit ditemani seekor anjing jantan yaitu si Tumang. Ketika sedang asyik bertenun, Toropong (torak) yang tengah digunakan bertenun kain terjatuh ke bawah. Dayang Sumbi karena merasa malas, terlontar ucapan tanpa dipikir dulu, dia berjanji siapa pun yang mengambilkan torak yang terjatuh bila berjenis kelamin laki-laki, akan dijadikan suaminya. Si Tumang mengambilkan torak dan diberikan kepada Dayang Sumbi.
Dayang Sumbi akhirnya melahirkan bayi laki-laki diberi nama Sangkuriang.
Ketika Sangkuriang berburu di dalam hutan disuruhnya si Tumang untuk mengejar babi betina Wayungyang. Karena si Tumang tidak menurut, lalu dibunuhnya. Hati si Tumang oleh Sangkuriang diberikan kepada Dayang Sumbi, lalu dimasak dan dimakannya. Setelah Dayang Sumbi mengetahui bahwa yang dimakannya adalah hati si Tumang,  kemarahannya pun memuncak serta merta Kepala Sangkuriang dipukul dengan senduk yang terbuat dari tempurung kelapa sehingga luka.

Sangkuriang pergi mengembara mengelilingi dunia. Setelah sekian lama berjalan ke arah Timur akhirnya sampailah di arah Barat lagi dan tanpa sadar telah tiba kembali di tempat Dayang Sumbi, tempat ibunya berada. Sangkuriang tidak mengenal bahwa putri cantik yang ditemukannya adalah Dayang Sumbi – ibunya. Terjalinlah kisah kasih di antara kedua insan itu. Tanpa sengaja Dayang Sumbi mengetahui bahwa Sangkuriang adalah puteranya, dengan tanda luka di kepalanya. Walau demikian Sangkuriang tetap memaksa untuk menikahinya. Dayang Sumbi meminta agar Sangkuriang membuatkan Perahu dan Talaga (danau) dalam waktu semalam dengan membendung sungai Citarum. Sangkuriang menyanggupinya.

Maka dibuatlah Perahu dari sebuah pohon yang tumbuh di arah Timur, tunggul/pokok pohon itu berubah menjadi gunung Bukit Tunggul. Rantingnya ditumpukkan di sebelah Barat dan mejadi Gunung Burangrang. Dengan bantuan para Guriang, bendungan pun hampir selesai dikerjakan. Tetapi Dayang Sumbi bermohon kepada Sang Hyang Tunggal agar maksud Sangkuriang tidak terwujud. Dayang Sumbi menebarkan irisan Boeh Rarang (kain putih hasil tenunannya), ketika itu pula fajar pun merekah di ufuk timur. Sangkuriang menjadi gusar, dipuncak kemarahannya, bendungan yang berada di Sanghyang Tikoro dijebolnya, sumbat aliran sungai Citarum dilemparkannya ke arah timur dan menjelma menjadi Gunung Manglayang. Air Talaga Bandung pun menjadi surut kembali. Perahu yang dikerjakan dengan bersusah payah ditendangnya ke arah utara dan berubah wujud menjadi Gunung Tangkubanperahu.

Sangkuriang terus mengejar Dayang Sumbi yang mendadak menghilang di Gunung Putri dan berubah menjadi setangkai Bunga Jaksi. Adapun Sangkuriang setelah sampai di sebuah tempat yang disebut dengan Ujung Berung akhirnya menghilang ke alam gaib (Ngahiyang).










Talaga Warna
Kategori :
Cerita Rakyat
Element Budaya :
Cerita Rakyat
Provinsi :
Jawa Barat
Diceritakan kembali oleh Renny Yaniar

Zaman dahulu, ada sebuah kerajaan di Jawa Barat. Negeri itu dipimpin oleh seorang raja. Prabu, begitulah orang memanggilnya. Ia adalah raja yang baik dan bijaksana. Tak heran, kalau negeri itu makmur dan tenteram. Tak ada penduduk yang lapar di negeri itu.

Semua sangat menyenangkan. Sayangnya, Prabu dan istrinya belum memiliki anak. Itu membuat pasangan kerajaan itu sangat sedih. Penasehat Prabu menyarankan, agar mereka mengangkat anak. Namun Prabu dan Ratu tidak setuju. "Buat kami, anak kandung adalah lebih baik dari pada anak angkat," sahut mereka.

Ratu sering murung dan menangis. Prabu pun ikut sedih melihat istrinya.. Lalu Prabu pergi ke hutan untuk bertapa. Di sana sang Prabu terus berdoa, agar dikaruniai anak. Beberapa bulan kemudian, keinginan mereka terkabul. Ratu pun mulai hamil. Seluruh rakyat di kerajaan itu senang sekali. Mereka membanjiri istana dengan hadiah.

Sembilan bulan kemudian, Ratu melahirkan seorang putri. Penduduk negeri pun kembali mengirimi putri kecil itu aneka hadiah. Bayi itu tumbuh menjadi anak yang lucu. Belasan tahun kemudian, ia sudah menjadi remaja yang cantik.

Prabu dan Ratu sangat menyayangi putrinya. Mereka memberi putrinya apa pun yang dia inginkan. Namun itu membuatnya menjadi gadis yang manja. Kalau keinginannya tidak terpenuhi, gadis itu akan marah. Ia bahkan sering berkata kasar. Walaupun begitu, orangtua dan rakyat di kerajaan itu mencintainya.

Hari berlalu, Putri pun tumbuh menjadi gadis tercantik di seluruh negeri. Dalam beberapa hari, Putri akan berusia 17 tahun. Maka para penduduk di negeri itu pergi ke istana. Mereka membawa aneka hadiah yang sangat indah. Prabu mengumpulkan hadiah-hadiah yang sangat banyak itu, lalu menyimpannya dalam ruangan istana. Sewaktu-waktu, ia bisa menggunakannya untuk kepentingan rakyat.

Prabu hanya mengambil sedikit emas dan permata. Ia membawanya ke ahli perhiasan. "Tolong, buatkan kalung yang sangat indah untuk putriku," kata Prabu. "Dengan senang hati, Yang Mulia," sahut ahli perhiasan. Ia lalu bekerja d sebaik mungkin, dengan sepenuh hati. Ia ingin menciptakan kalung yang paling indah di dunia, karena ia sangat menyayangi Putri.

Hari ulang tahun pun tiba. Penduduk negeri berkumpul di alun-alun istana. Ketika Prabu dan Ratu datang, orang menyambutnya dengan gembira. Sambutan hangat makin terdengar, ketika Putri yang cantik jelita muncul di hadapan semua orang. Semua orang mengagumi kecantikannya.

Prabu lalu bangkit dari kursinya. Kalung yang indah sudah dipegangnya. "Putriku tercinta, hari ini aku berikan kalung ini untukmu. Kalung ini pemberian orang-orang dari penjuru negeri. Mereka sangat mencintaimu. Mereka mempersembahkan hadiah ini, karena mereka gembira melihatmu tumbuh jadi dewasa. Pakailah kalung ini, Nak," kata Prabu.

Putri menerima kalung itu. Lalu ia melihat kalung itu sekilas. "Aku tak mau memakainya. Kalung ini jelek!" seru Putri. Kemudian ia melempar kalung itu. Kalung yang indah pun rusak. Emas dan permatanya tersebar di lantai.

Itu sungguh mengejutkan. Tak seorang pun menyangka, Putri akan berbuat seperti itu. Tak seorang pun bicara. Suasana hening. Tiba-tiba terdengar tangisan Ratu. Tangisannya diikuti oleh semua orang.

Tiba-tiba muncul mata air dari halaman istana. Mula-mula membentuk kolam kecil. Lalu istana mulai banjir. Istana pun dipenuhi air bagai danau. Lalu danau itu makin besar dan menenggelamkan istana.

Sekarang, danau itu disebut Talaga Warna. Danau itu berada di daerah puncak. Di hari yang cerah, kita bisa melihat danau itu penuh warna yang indah dan mengagumkan. Warna itu berasal dari bayangan hutan, tanaman, bunga-bunga, dan langit di sekitar telaga. Namun orang mengatakan, warna-warna itu berasal dari kalung Putri yang tersebar di dasar telaga.
























Leungli

Kategori :
Cerita Rakyat
Element Budaya :
Cerita Rakyat
Provinsi :
Jawa Barat
Cerita ini mengisahkan tentang kecantikan hati manusia sejati, yang dimiliki oleh Nyi Bungsu Rarang yang hidupnya menderita karena iri hati ke enam kakak perempuannya atas keelokan parasnya. Persahabatannya dengan seekor ikan emas bernama Leungli mengubah nasibnya. Pada akhirnya sebuah pohon berdaun emas yang sangat indah jelmaan sang ikan mengantarkan Nyi Bungsu Rarang ke pangkuan Pangeran Anom,putra mahkota kerajaan yang bijaksana.












Lutung Kasarung

Kategori :
Cerita Rakyat
Element Budaya :
Cerita Rakyat
Provinsi :
Jawa Barat
Asal :
Jawa Barat
Dikisahkan Prabu Tapa Agung yang bertempat di Jawa Barat di masa lalu yang makin tua dan berniat untuk memilih siapa yang akan menggantikan dirinya. Tapi ia bermuram hati oleh karena ia belum memiliki seorang putera. Ia berfikir untuk memilih dari salah satu puterinya, Purbararang dan Purbasari. Namun ini bukan pilihan yang mudah, karena keduanya cantik dan cerdas. Yang membedakan keduanya hanyalah temperamennya. Purbararang lebih kasar dan kurang jujur, sementara Purbasari lebih baik hati dan peduli. Akhirnya Prabu Tapu Agung memilih Purbasari menjadi ratu sebagai penggantinya.
Namun Purbararang tak menyetujui pilihan ayahnya ini. "Seharusnya aku yang menggantikanmu, Ayah, karena akulah puterimu yang sulung!", katanya. Prabu Tapa Agung tersenyum, "Purbararang, untuk menjadi ratu, tak cukup hanya umur. Diperlukan banyak kemampuan dan kualitas pribadi, jelasnya dengan bijaksana. "Apa yang dipunyai oleh Purbasari yang tak kumiliki?", tanya Purbararang kesal. "Kamu akan menemukannya kelak nanti setelah Purbasari benar-benar telah menggantikanku", jawab sang ayah singkat.
Setelah pembicaraan itu, Purbararang kembali ke kamarnya. "Ada masalah apa, Puteri?", tanya Indrajaya, yang kelak akan menjadi suaminya. "Aku kesal dengan ayah lebih memilih Purbasari untuk menggantikannya daripada aku. Aku harus melakukan sesuatu!", jawabnya. Dengan kemarahan ia mendatangi seorang penyihir dan memintanya untuk mengirimkan penyakit kulit pada Purbasari. Akibatnya, sebelum berangkat tidur, seluruh tubuh Purbasari terasa sakit. Ia mencoba menaruh bedak ke selluruh tubuhnya, tapi radang gatal itu tak kunjung hilang. Saat tertidur ia malah menggaruk-garuk tubuhnya yang gatal sehingga meninggalkan banyak bekas garukan kuku di sekujur tubuhnya. Purbararang yang kemudian menemuinya berpura-pura tidak tahu dan bertanya, "ada apa denganmu?". "Aku tak tahu. Kemarin tubuhku tiba-tiba terasa sakit dan gatal. Aku menggaruk dan menggaruk dan inilah akiba!"tnya", jawab Purbasari. Purbararang menggeleng dan berkata, "sepertinya kamu telah melakukan dosa yang buruk sekali. Mungkin kamu dikutuk oleh para dewa

Hari itu juga, seluruh kerajaan geger. "Dosa apa yang telah kamu lakukan Purbasari?", lata Prabu Tapa Agung. Purbasari menggeleng, "aku tak melakukan apapun yang membuat para dewa dan ayah marah. "Lantas mengapa tubuhnmu jadi seperti itu?" "Jika kamu tak mau mengaku, aku akan mengasingkanmu di hutan", kata Prabu dengan tegas. Purbasari pun menjawab, "aku tak melakukan apapun yang bisa dipersalahkan. Lebih baik aku dibuang ke hutan daripada harus mengakui hal yang tak kulakukan!"

Setelah berbicara dengan berbagai penasihatnya, Prabu Tapa Agung pun memberintahkan agar Purbasari dipindahkan ke hutan. Purbasari sangat sedih, namun ia tak mau menentang perintah ayahnya. Ia pun berangkat ke hutan ditemani seorang pelayan yang membangun sebuah gubuk baginya di hutan belantara. Setelah gubuknya dibangun, tiba-tiba seekor kera hitam mendatangi gubuk itu. Di tangan si kera itu terdapat sesisir pisang. Dari belakangnya beberapa hewan lain mengikutinya. "Apakah pisang itu untukku?", tanya Purbasari. Kera hitam itu mengangguk seolah mengerti ucapan Purbasari. Purbasari lalu dengan girang menerima pisang itu dan mengucapkan rasa terimakasihnya. Hewan-hewan lain yang ada di situ juga seolah tersenyum. "Maukah kalian semua menjadi temanku?", tanya Purbasari. Semua hewan itu mengangguk gembira. Meski ia tinggal sendiri di hutan, Purbasari tak pernah kekurangan makanan. Tiap hari, ada saja hewan yang membawakan buah-buahan dan ikan untuk dimakan.

Lama sudah Purbasari di hutan, tapi tubuhnya masih juga terasa gatal dan sakit. "Apa yang harus kulakukan?", ujarnya sedih. Sekonyong-konyong si kera yang tengah duduk di dekatnya terdiam, dan Purbasari melihat mata si kera itu berkaca-kaca. Rupanya si kera berharap agar Purbasari bersabar dan tetap kuat.

Suatu malam, kera itu membawa Purbasari ke lembah gunung. Di sana ada sebuah kolam air hangat. Tiba-tiba si kera itu berbicara, "air di kolam ini akan menyembuhkan kulitmu!". Purbasari sangat terkejut, "Siapakah kau? Bagaimana bisa kau bicara?" dan si kera menjawab, "nanti kau akan mengetahuinya!". Purbasari menurut saja dan ia berjalan ke arah kolam. Ia mandi di sana. Setelah beberapa jam, ia sangat terkejut melihat bayangan wajahnya di air. Semua bekas luka dan gatal itu lenyap. "Aku telah sembuh! Aku sembuh!", jerit Purbasari girang. Ia lalu mengucapkan terima kasih pada para dewa dan juga kera itu.

Kabar bahwa Purbasari telah sembuh segera menyebar ke istana, yang membuat Purbararang merasa terganggu. Dengan ditemani Indrajaya, ia berangkat ke hutan untuk menemui Purbasari. Purbasari bertanya apakah ia sudah boleh pulang. Tapi Purbararang mengatakan ia hanya boleh  pulang jika ternyata rambut Purbasari lebih panjang daripada rambutnya. Purbararang menggerai rambutnya yang menjuntai hingga menyentuh kaki. Tapi ternyata, rambut Purbasari masih lebih panjang dua kali lipat.

"Baiklah, rambutmu lebih panjang ternyata!", kata Purbararang, "tapi ada satu syarat lagi, yaitu bahwa kamu harus punya calon suami yang lebih tampan dariku“. Purbasari merasa sedih, karena ia belum pernah bertemu dengan seorang yang ingin dijadikannya suami. Lalu, tanpa pikir panjang, ia menari si kera hitam ke arahnya.

Purbararang dan Indrajaya tertawa kencang sekali. Namun tawa itu tak lama. Si kera hitam itu sejenak bermeditasi dan sekonyong-konyong berubah wujud menjadi seorang lelaki muda yang tampan, jauh lebih tampan dari Indrajaya. "Aku ini seorang pangeran dari tempat yang jauh sekali. Aku dikutuk menjadi kera karena kesalahan yang kulakukan. Aku hanya akan berubah kembali ke wujud asliku jika ada seorang gadis yang bersedia menjadi isteriku", katanya. Akhirnya Purbararang menerima Purbasari sebagai ratu dan mengakui semua perbutannya pada Purbasari.

Purbararang mohon ampun. Namun Purbasari tersenyum sambil berkata, "aku memaafkanmu, saudariku. Beberapa saat kemudian Purbasari pun menjadi ratu. Ia dilantik menjadi ratu dengan didampingi bekas kera hitam yang setia itu, yang tadinya dinamai "Lutung Kasarung".














Asal Mula Kota Cianjur
Kategori :
Cerita Rakyat
Element Budaya :
Cerita Rakyat
Provinsi :
Jawa Barat
Asal :
Jawa Barat

Konon, di suatu daerah di Jawa Barat, sekitar daerah Cianjur, hiduplah seorang
lelaki yang kaya raya. Kekayaannya meliputi seluruh sawah dan ladang yang ada
di desanya. Penduduk hanya menjadi buruh tani yang menggarap sawah dan ladang
lelaki kaya tersebut. Sayang, dengan kekayaannya, lelaki tersebut menjadi orang
yang sangat susah menolong, tidak mau memberi barang sedikitpun, sehingga warga
sekelilingnya memanggilnya dengan sebutan Pak Kikir. Sedemikian kikirnya,
bahkan terhadap anak lelakinya sekalipun.Di luar sepengetahuan ayahnya, anak
Pak Kikir yang berperangai baik hati sering menolong orang yang membutuhkan
pertolongannya. kemudian suatu ketika desa itu terkena musibah banjir, kemudian
anak pak kikir menolong warga dengan mencari hunian baru.. Atas jasa-jasanya,
anak Pak Kikirpun diangkat menjadi pemimpin mereka yang baru.Dengan dipimpin
pemimpin barunya, warga bersepakat untuk membagi tanah di daerah baru tersebut
untuk digarap masing-masing. Anak Pak Kikirpun mengajarkan mereka menanam padi
dan bagaimana caranya menggarap sawah yang kemudian dijadikan sawah tersebut.
Warga selalu menuruti anjuran pemimpin mereka, sehingga daerah ini kemudian
dinamakan Desa Anjuran. Desa yang kemudian berkembang menjadi kota kecil inipun
kemudian dikenal sebagai Kota Cianjur.























Legenda Raden Kamandaka
Kategori :
Cerita Rakyat
Element Budaya :
Cerita Rakyat
Provinsi :
Jawa Barat
Asal :
Jawa Barat

Di Jawa Barat pada jaman dahulu kala ada
sebuah Kerajaan Hindu yang besar dan cukup kuat, yaitu berpusat di kota Bogor.
Kerajaan itu adalah Kerajaan "Pajajaran", pada saat itu raja yang
memerintah yaitu Prabu Siliwangi. Beliau sudah lanjut usia dan bermaksud
mengangkat Putra Mahkotanya sebagai penggantinya. Prabu Siliwangi mempunyai
tiga orang putra dan satu orang putri dari dua Permaisuri, dari permaisuri yang
pertama mempunyai dua orang putra yaitu: Banyak Cotro dan Banyak Ngampar. Namun
sewaktu Banyak Cotro dan Banyak Ngampar masih kecil ibunya telah meninggal.
Maka Prabu Siliwangi akhirnya kawin lagi dengan permaisuri yang kedua, yaitu
Kumudaningsih. Pada waktu Dewi Kumuudangingsih diambil menjadi Permaisuri oleh
Prabu Siliwangi, ia mengadakan perjanjian, bahwa jika kelak ia mempunyai putra
laki-laki, maka putranyalah yang harus meggantikan menjadi raja di Pajajaran.
Dari perkawinannya dengan Dewi Kumudaningsih, Prabu Silliwangi mempunyai
seorang putra dan seorang putri, yaitu: Banyak Blabur dan Dewi Pamungkas. Pada
 suatu hari Prabu Siliwangi memanggil Putra Mahkotanya, Banyak Cotro dan Banyak
Blabur untuk menghadap, maksudnya ialah Prabu Siliwangi akan mengangkat
putranya untuk menggantikan menjadi raja di Pajajaran karena beliau sudah lajut
usia. Namun dari kedua Putra Mahkotanya belum ada yang mau diangkat menjadi
raja di Pajajaran. Sebagai putra sulungnya Banyak Cokro mengajukan beberapa
alasan, antara lain alasannya adalah: ̢ۢ Untuk memerintahkan Kerajaan dia
belum siap, karena belum cukup ilmu. ̢ۢ Untuk memerintahkan Kerajaan seorang
raja harus ada Permaisuri yang mendampinginya, sedangkan Banyak Cotro belum
kawin. Banyak Cotro mengatakan bahwa dia baru kawin kalau sudah bertemu dengan
seorang putri yang parasnya mirip dengan ibunya. Oleh sebab itu Banyak Cotro
meminta ijin pergi dari Kerajaan Pajajaran untuk mencaari putri yang menjadi
idamannya.. Kepergian Banyak Cotro dari Kerajaan Pajajaran melalui gunung
Tangkuban Perahu, untuk menghadap seorang pendeta yang bertempat di sana.
Pendeta itu ialah Ki Ajar Winarong, seorang Pendeta sakti dan tahu untuk
mempersunting putri yang di idam-idamkannya dapat tercapai. Namun ada beberapa
syarat yang harus dilakukan dan dipenuhi oleh Banyak Cotro, yaitu harus melepas
dan menaggalkan semua pakaian kebesaran dari kerajaan dengan hanya memakai
pakaian rakyat biasa. Dan ia harus menyamar dengan nama samaran "Raden
Kamandaka" Setelah Raden Kamandaka berjalan berhari-hari dari Tangkuban
Perahu ke arah Timur, maka sampailah Raden Kamandaka kewilayah Kadipaten Pasir
Luhur. Secara kebetulan Raden Kamandaka sampai Pasir Luhur, betemu dengan Patih
Kadipaten Pasir Luhur yaitu Patih Reksonoto. Karena Patih Reksonoto sudah tua
tidak mempuunyai anak, maka Radenn Kamandaka akhirnya dijadikan anak angkat
Patih Reksonoto merasa sangat bangga dan senang hatinya mempunyai Putra Angkat
Raden Kamandaka yang gagah perkasa dan tampan, maka Patih Reksonoto saangat
mencintainya. Adapun yang memerintahkan Kadipaten Pasir Luhur adalah "Adi
Pati Kanandoho". Beliau mempunyai beberapa orang Putri dan sudah bersuami
kecuali yang paling bungsu yaitu Dewi Ciptoroso yang belum bersuami. Dewi
Ciptoroso inilah seorang putri yang mempunyai wajah mirip Ibu raden Kamandaka,
dan Putri inilah yng sedang dicari oeh Raden Kamandaka. Suatu kebiasaan dari
Kadipaten Pasir Luhur bahwa setiap tahun mengadakan upacara menangkap ikan di
kali Logawa. Pada upacara ini semua keluarga Kadipaten Pasir Luhur beserta para
pembesar dan pejabatan pemerintah turut menangkap ikan di kali Logawa. Pada
waktu Patih Reksonoto pergi mengikuti upacara menangkap ikan di kali Logawa,
tanpa diketahuinya Raden Kamandaka secara diam-diam telah mengikutinya dari
belakang. Pada kesempatan inilah Raden Kamandaka dapat bertemu dengan Dewi
Ciptoroso dan mereka berdua saling jatuh cinta. Atas permintaan dari Dewi
Ciptoroso agar Raden Kamandaka pada malam harinya untuk dating menjumpai Dewi
Ciptoroso di taman Kaputren Kadipaten Pasir Luhur tempat Dewi Ciptoroso berada.
Benarlah pada malam harinya Raden Kamandaka dengan diam-diam tanpa ijin patih
Resonoto, ia pun pergi menjumpai Dewi Ciptoroso yang sudah rindu menanti
kedatangan Raden Kamandaka. Namun keberadaan Raden Kamandaka di Taman Kaputren
Bersama Dewi Ciptoroso tidak berlangsung lama. Karena tiba-tiba prajurit
pengawal Kaputren mengetahui bahwa di daalam taman adaa pencuri yang masuk. Hal
ini kemu kemudian dilaporkan oleh Adipatih Kandandoho. Menanggapi laporan ini,
maka Adipatih sangat marah dan memerintahkan praajuritnya untuk menangkap
peencuri tersebut. Karena kesaktian daan ilmu ketangkasan yang dimiliki oleh
Raden Kamandaka, maka Raden Kamandaka dapat meloloskan diri dari kepungan
prajurit Pasir Luhur. Sebelum Raden Kamandaka lolos daari Taman Kaputren, ia
sempat mengatakan identitasnya. Bahwa ia bernama Raden Kamandaka putra dari
Patih Reksonoto. Hal inii di dengar olehh prajurit, dan melaporkan kepada
Adipatih Kandandoohho. Mendengar hal innii maka Patih Reksonoto pun dipanggil
dan harus menyerahkan putra nya . Perintaah ini dilaksanakan oleh Patih
Reksonoto, walaupun dalam hatinya sangatlah berat. Sehimgga dengan siasat daari
Patih Reksonoto, maka Raden Kamandaka dapat lari daan selamat daaripengejaran
para prajurit. Raden Kamandaka terjun masuk kedalam sungai dan menyelam
mengikuti arus air sungai. Oleh Patih Reksonoto dan para prajurit yang
mengejar,, dilapoprkan bahwa Raden Kamandaka dikatakan sudah mati didalam
sugai. Mendengar berita ini Adipatih Kandandoho merasa lega dan puas. Nmun
sebaliknya Dewi Ciptoroso yang setelah mendengar berita itu sangatlah muram dan
sedih. Sepanjang Raden Kamandaka menyelam mengikuti arus sungai bertemulah
dengan seorang yang memancing di sungai. Orang tersebut bernama Rekajaya, Raden
Kamandaka daan Rekajaya kemudian berteman baik dan menetap di desa Panagih. Di
desa ini Raden Kamandaka diangkat anak oleh Mbok Kektosuro, seorang janda
miskin di desa tersebbut. Raden Kamandaka menjadi penggemar adu ayam. Kebetulan
Mbok Reksonoto mempunyai ayam jago yang bernama "Mercu". Pada setiap
penyabungan ayam Raden Kamandaka selalu menang dalam pertandingan, maka Raden
Kamandaka menjadi sangat terkenal sebagai botoh ayam. Hal ini tersiar saampai
kerajaan Pasir Luhur, mendengar hal ini Adipatih Kandadoho menjadi marah dan
murka. Beliau memerintahkan prajuritnya untuk menagkap hidup atau mati Raden
Kamandaka . Pada saat itu tiba-tiba datanglah seorang pemuda tampan mengaku
dirinya bernama"Silihwarni" yang akan mengabdikan diri kepada Pasir
Luhur, maka ia permohonannya di terima, tetapi asalkan ia harus dapat membunuh
Raden Kamandaka. Untuk membuktikannya ia harus membawa darah dan hati Raden
Kamandaka. Sebenarnya Silihwarni adalah nama samaran. Nama itu sebenarnya
adalah Banyak Ngampar Putra dari kejajaan Pajajaran, yaitu adik kandung dari
Raden Kamandaka. Ia oleh ayahnya Prabu Siliwangi ditugaskan untuk mencari
saudara kandungnya yang pergi sudah lama belum kembali. Untuk mengatasi
gangguan dalam perjalanan, ia dibekali pusaka keris Kujang Pamungkas sebagai
senjatanya. Dan dia juga menyamar dengan nama Silihwarni, dan berpakaian
seperti rakyat biasa. Karena ia mendengar berita bahwa kakak kandungnya berada
di Kadipaten Pasir Luhur, maka ia pun pergi kesana. Setelah Silihwarni menerima
perintah daari Adipatih, pergilah ia dengan diikuti beberapa prajurit dan
anjing pelacak menuju desa Karang Luas, tempat penyabungan ayam. Ditempat
inilah mereka bertemu. Namun keduanya sudah tidak mengenal lagi. Silihwari
berpakaian seperti raknyat biasa sedangkan Raden Kamandaka berpakaian sebagai
botoh ayam, dan wajahnya pucat karena menahan kernduan kepada kekasihnya.
Terjadilah persabungan ayan Raden Kamandaka dan Silihwarni, dengan tanpa
disadari oleh raden kamandaka tiba-tiba Silihwrni menikam pinggang Raden
Kamandaka dengan keris Kujang Pamungkasnya. Karena luka goresan keris itu
tersebut darahpun keluar dengan deras. Namun karena ketangkasan Raden Kamandaka
, iapun dapat lolos dari bahaya tersebut dan tempat ia dapat lolos itu
dinamakan desa Brobosan, yang berarti ia dapat lolos dari bahaya. Karena
lukanya semakin deras mengeluarkan darah, maka iapun istirahat sebentar disuatu
tempat, maka tempat itu dinamakan Bancran. Larinya Raden Kamandaka terus
dikejar oleh Silihwarni dan prajurit. Pada suatu tempat Raden Kamandaka dapat
menangkap anjing pelacaknya dan kemudian tempat itu di berinya nama desa Karang
Anjing. Raden Kamandaka terus lari kearah timur dan sampailah pada jalan buntu
dan tempat ini ia memberi nama desa buntu. Pada akhirnya Raden Kamandaka
sampailah disebuah Goa. Didalam Goa ini ia beristirahat dan bersembunyi dari
kejaran Silihwarni. Silihwarni yang terus mengejar setelah sampai goa ia
kehilangan jejak. Kemudian Silihwarnipun dari mulut goa tersebut berseru
menantang Raden Kamandaka. Setelah mendengar tantagan Silihwarni, Raden
Kamandaka pun menjawab ia mengatakan identitasnya, bahwa ia adalah putra dari
kerajaan Pajajaran namanya Banyak Cotro. Setelah itu Silihwarnipun mengatakan
identitasnya bahwa ia juga putra dari Kerajaan Pajajaran, bernama Banyak
Ngampar. Demikian kata-kata ayang pengakuan antara Raden Kamandaka dan
Silihwarni bahwa mereka adalah purta pajajaran, maka orang yang mendengar
merupakan nama versi ke-2, untuk goa jatijajar tersebut. Kemudian mereka berdua
berpeluka dan saling memaafkan. Namun karena Silihwarni harus membawa bukti
hati dan darah Raden Kamandaka, maka akhirnya anjing pelacaknya yang dipotong
diambil darah dan hatinya. Dikatakan bahwa itu adalah hati dan darah Raden
Kamandaka yang telah dibunuhnya. Raden Kamandaka kemudian bertapa di dalam goa
dan mendapat petunjuk , bahwa niatnya untuk mempersunting Dewi Ciptoroso akan
tercapai kalau ia sudah mendapat pakaian "Lutung" dan ia disuruh
supaya mendekat ke Kadipaten Pasir Luhur, yaitu supaya menetap di hutan Batur
Agung, sebelah Barat Daya dari batu Raden. Suatu kegemaran dari Adipatih Pasir
Luhur adalah berburu. Pada suatu hari Adipatih dan semua keluarganya berburu,
tiba-tiba bertemulah dengan seekor lutung yang sangat besar dan jinak. Yang
akhirnya di tangkaplah lutung tersebut hidup-hidup. Sewaktu akan dibawa pulang
, tiba-tiba Rekajaya datang mengaku bahwa itu adalah lutung peliharaannya, dan
mengatakan beredia membantu merawatnya jika lutung itu akan dipelihara di
Kadipaten. Dan permohonan itu pun dikabulkan. Setelah sampai di kadipaten para
putri berebut ingin memelihara lutung tersebut. Selama di Kadipaten lutung
tersebut tidak mau dikasih makan. Oleh sebab itu akhirnya oleh Adipatih lutung
tersebut disayembarakan yaitu jika ada salah seoraang dari putrinya dapat
memberi makan dan diterima oleh lutung tersebut maka ia lah yang akan
memelihara lutung tersebut. Ternyata makanan yang diterima oleh lutung tersebut
hanyalah makanan dari Dewi Ciporoso, maka "Lutung Kasarung" itu
menjadi peliharaan Dewi Ciptoroso. Pada malam hari lutung tersebut berubah
wujud menjadi Raden Kamandaka. Sehingga hanya Dewi Ciptoroso yang tahu tentang
hal tersebut. Pada siang hari ia berubah menjadi lutung lagi. Maka keadaan Dewi
kini menjadi sangat gembira dan bahagia, yang selalu ditemani lutung kasarung.
Alkisah pada suatu hari raden dari Nusa Kambangan Prabu Pule Bahas menyuruh
Patihnya untuk meminang Putri Bungsu Kadipaten Pasir Luhur Dewi Ciptoroso dan
mengancam apabila pinangannya ditolak ia akan menghancurkan Kadipaten Pasir
Luhur. Atas saran dan permintaan dari Lutung Kasarung pinangan Raja Pule Bahas
agar supaya diterima saja. Namun ada beberapa syarat yang haarus dipenuhi oleh
raja Pule Bahas. Salah satunya ialah dalam pertemuan pengantin nanti Lutung
Kasarung harus turut mendampingi Dewi Ciporoso. Pada waktu pertemuan pengantin
berlangsung, Raja Pule Bahas selalu diganggu oleh Lutung Kasarung yang selalu
mendampingi Dewi Ciptoroso. Oleh sebab itu Raja Pule Bahas marah dan memukul
Lutung Kasarung. Namun Lutung Kasarung telah siap berkelahi melawan Raja Pule
Bahas. Pertarungan Raja Pule Bahas dengan Lutung Kasarung terjadi sangat seru.
Namun karena kesaktian dari Luung Kasarung, akhirnya Raja Pule Bahas gugur dicekik
dan digigit oleh Lutung Kasarung. Tatkala Raja Pule Bahas gugur maka Lutung
Kasarung pun langsung menjelma menjadi Raden Kamandaka, dan langsung mengenkan
pakaian kebesaran Kejajaan Pajajaran dan mengaku namanya Banyak Cotro. Kini
Adipatih Pasir Luhur pun mengetahui hal yang sebenarnya adalah Raden Kamandaka
dan Raden Kamandaka adalah Banyak Cotro dan Banyak Cotro adalah Lutung Kasarung
putra mahkota dari kerajaan Pajajaran. Dan akhirnya ia dikawinkan dengan Dewi
Ciptoroso. Namun karena Raden Kamandaka sudah cacat pada waktu adu ayam dengan
Silihwarni kena keris Kujang Pamungkas maka Raden Kamandaka tidak dapat
menggantikan menjadi raja di Pajajaran. Karena tradisi kerajaan Pajajaran,
bahwa putra mahkota yang akan menggantikan menjadi raja tidak boleh cacat
karena pusaka Kujang Pamungkas. Sehingga setelah ia dinikahkan dengan Dewi
Ciptoroso, Raden Kamandaka hanya dapat menjadi Adipatih di Pasir Luhur
Menggantikan mertuanya. Sedangkan yang menjadi Raja di Pajajaran adalah Banyak
Blabur
















Jaka Tarub
Kategori :
Cerita Rakyat
Element Budaya :
Cerita Rakyat
Provinsi :
Jawa Timur
Inilah Legenda rakyat yang diawali dengan kisah disembunyikannya selendang milik bidadari jelita bernama Nawangwulan oleh seorang anak manusia bernama Jaka Tarub yang terpikat oleh kemolekan sang bidadari. Berlanjut ke kehidupan perkawinan yang bahagia hingga satu hari Jaka Tarub termakan hasutan lingkungannya dan melanggar janjinya kepada istrinya. Kisah ini berakhir dengan kembalinya sang bidadari ke nirwana yang walaupun terpisahkan oleh jarak, senantiasa menepati janjinya untuk terus memlihara dan mencintai suami dan anaknya.





Asal Muasal Kambing
Kategori :
Cerita Rakyat
Element Budaya :
Cerita Rakyat
Provinsi :
Jawa Timur
Pada jaman dahulu kala ada sebuah kerajaan animisme di tanah Jawa. Suatu hari seoranga raja tersebut merasa bosan makanan – makanan yang ada di muka bumi ini,jadi sang raja mengadakan sayembara/perlombaan "makanan pertama seluruh rakayat di suruh mencarai barang siapa yang dapat menemukana maka sang raja akan memenuhi permintaan ,meski belum mengatakan,tapi tak ada seopranag pun yang dapat menemukan makanan itu. Djoro Soma anak sang raja menjadi resah karena ayahya tidak bersyukur yang diberikan oleh sang Hyang, sang raja memarahi dan membentak makanan yang ada di hadapanya.

Lalu Djoro Soma mengikuti perlombaan itu ,lalu soma berpamitan ke orang tuanya dan ia pergi dan memperdalam ilmu di padepokan sang guru, Soma 44 hari berlatih di sana. “Hei anak muda apa alasanmu berguru ke pada saya?” tanya guru. ”Saya berguru kepada anda karena saya ingin memuasakan hati ayah saya ,ayah saya bosan dengan makanan yang ada di dunia ini” jawab Soma. Lalu guru menunjukan tempat makanan itu soma harus ke alam ghaib di sana ada padang rumput hijau. Soma dibekali oleh guru 2 senjata yaitu golok dan arit. “Nak, ingatalah arit ini untuk kehidupan dia dan golok untuk mengahiri umurnya” pesan guru. Lalu Soma di masukan ke alam lain disana ia bertemu dengan mahluk bertanduk di kepala, janggut, dan kaki- tanganya dengan wujud menyeramkan dan ia bernama Cokro Inggilamang.

Lalu pertempuran dimulai. Soma menyerang lebih dahulu dengan senjata arit. Soma menebaskannya ketubuh dan Cokro lebih kuat. Lalu Soma di serang Cokro dengan tanduk di kepalanya. Soma kesakitan. Lalu ia golok semua hingga tanduk Cokro patah semua.

Lalu soma menebasakan lagi goloknya ke leher Cokro dan kepalanya hampir putus . Sebelum Cokro matai cokro mengutuk. “Soma, kau akan menjadi penerusku & wujudmu lebih buruk dari aku” kutuk Cokro. Lalu Cokro mati. Tiba- tiba tubuh Soma menjadi lebih kecil dan badannya membungkuk. Tumbuh ekor,tanduk ,jengot, telinga lebar dan serta di mulutnya maju moncong. Guru yang berada di alam nyata berfirasat buruk . Lalu guru menjemput soma. Ia ternyata sudah berwujud hewan bertanduk 4.

Guru lalu mengantarkan Soma pulang soma ke kerajaan. Sang ayah merasa resah karena Soma tidak pulang-pulang. Ketika guru tiba di kerajaan ia berkata “hei raja saya membawa berita baik dan buruk jerit guru dari jauh”. “Nama saya guru Ki Ages, sebelumnya maaf kan saya karena saya sudah lancang, saya membawa anak Anda dan makanan” kata sang Guru. “Mana anaku? “ sahut raja.

Lalu guru memperlihatakan bintang itu ke raja hewan. “Apa itu?” tanya raja. “Ini adalah anakmu, ia yang menginginkan kamu untuk memberi nama dan menyembelihnya” kata guru.

Sang raja memberi nama Wedus, yang berarti temuan anak sang raja. Ia kemudian mengambil rumput dengan arit dan di makankan. Sekejap setelah itu lehernya di potong dengan golok, sungguh ajaib Wedus tersebut jumlahnya menjadi banyak sekali.

Untuk menyambut temuan anaknya yang ajaib ¼ kambing di jadiakn makanan ½ untuk di adukan, dan 1/4-nya diternakan. Acara syukuran itu diselenggarakan atas keberhasilan. Sebelum makan-makan kambing diadu dan yang menang di jadikan hewan pilihan. Saat itu lah acara di mulai setelah selesai makan-makan guru mengatakan “oh, sang raja mengapa engkau sungguh tidak menyesali atas keserakahanmu kamu tega memakan anakmu sendiri” kata guru.

Tiba-tiba raja membungkuk dan mengungkapkan penyesalanya di depan kambing jagoan adu yang menggunakan tanduk . “Aku menyesali atas perbuatanku, ketidak syukuranku dan sikap selalu hura-hura” kata sang raja. “Andai aku bertemu dengan anaku aku akan bertobat dan meninggalakan semua perbuatan jeleku yang lalu “sesal raja sambil menagis. Tetesan air matanya jatuh di kepala kambing jagoan tersebut. Tiba-tiba kambing tersebut berubah menjadi Soma.

Soma terharu atas penyesalan ayahnya. Ia lalu mengusapkan air mata ayahnya. Kemudian raja memang berubah dan lebih baik.
Dapat di artikan bahwa arit hanya untuk kehidupan,yaitu untuk memangakas rumput. Sedangkan golok untuk memotong dengan cara sembelih. Nama Cokro Inggilamang yang berarti kekuatan ada pada yang paling atas. Biasanya kambing kalau bertengkar atau di adu selalu menggunakan bagaian tubuh yang paling atas yaitu senjata atau tanduk.
















/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;
mso-ansi-language:EN-US;
mso-fareast-language:EN-US;}











1 komentar:

  1. this blog is good, there are much knowledge to us

    BalasHapus